5 IMPLEMENTASI TAUHID PADA PENGASUHAN ANAK
5 IMPLEMENTASI TAUHID PADA PENGASUHAN ANAK

5 IMPLEMENTASI TAUHID PADA PENGASUHAN ANAK

Pendidikan pertama yang hendaknya diajarkan orang tua kepada anaknya adalah pendidikan tauhid. Bagaimana seorang anak kokoh di masa keemasannya (7 tahun pertama) dengan aqidah yang kuat mengakar ke dalam fondasi imannya. Bahasakan dengan sederhana tentang keadaan sekitar dan kaitkanlah dengan Allah.

Dialog perkara iman, berkisah tentang Rasul, bercerita perkara Allah dalam keseharian membuat anak menjadi tahu bahwa ada Sang Pencipta.

“Masyaallah Nak ini rejeki dari Allah, kita bisa sarapan hari ini.”

seraya memberikan sesuap nasi di pagi hari.

“Masyaallah ciptaan Allah ya Nak, lihat gunungnya indah sekali.”

sejenak berhenti ketika lari pagi bersama anak.

Dialog-dialog seperti inilah yang bukan hanya membangun tauhid sejak dini tetapi bonding attachment atau kelekatan seorang anak dengan orang tuanya.

Sebelum beranjak ke implementasi, perlu kita sadari para ayah bahwasanya anak merupakan anugerah berupa rejeki yang diberikan oleh Allah. Selayaknya anugerah maka harus benar-benar disyukuri karena tidak semua orang mendapatinya. Selain itu, anak dan istri merupakan amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan.

Sekolah tidak akan bertanggung jawab di hadapan Allah ketika anak bermasalah. Lembaga tidak akan bertanggung jawab di hadapan Allah saat anak mengalami kesuraman hidup. ART pun tidak dimintai pertanggungjawaban oleh Allah tatkala anak melakukan sikap tercela. Hanya orang tuanyalah yang murni akan bersaksi dan ditanya oleh Allah sudah engkau apakan titipan yang telah Allah berikan kepadamu saat di dunia?

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا

Ayat yang menjadi rujukan setiap keluarga atau sebagai pengingat keras untuk memperbaiki tauhid kita sebagai orang tua, khususnya ayah sebagai pemimpin kelurga. Pertama-tama adalah dirinya diperbaiki kemudian keluarganya. Dengan kata lain memperbaiki tauhid anak-anak sama saja dengan memperbaiki tauhid orang tua. Tidak mungkin seorang anak bersih tauhidnya jika orang tuanya masih ada debu yang mengotori tauhidnya.

Kita mulai memasuki bahasan implementasi tauhid pada pengasuhan anak yang terekam jelas dalam Al Quran.

Pertama, Membuka Kehidupan Anak dengan لا إله إلا الله

sumber foto : kumparan

يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ

“(Lukman berkata), ‘Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.’” QS Luqman ayat 16

Ini merupakan salah satu dialog iman seorang ayah kepada anak. Memang pada dasarnya ayah itu banyak bercerita, berkisah, mengobrol dengan anaknya. Itu jelas termaktub dalam Al Quran dengan beberapa dialog yang terjadi antara ayah dengan anak. Sejumlah 14 dialog ayah dan anak ini menjadi dasar bahwasanya porsi mengobrol itu seharusnya dilakukan oleh ayah karena Allah yang sudah menunjukkannya dalam Al Quran.

Nabi pun pernah bersabda dari Ibnu Abbas,

“Bacakanlah kepada anak-anakmu kalimat yng pertama dengan Laa Ilaaha Illallah (Tidak Ada Tuhan Selain Allah) (Al Hakim)

Kalimat pertama yang seharusnya diajarkan kepada anak-anak adalah kalimat tauhid. “Allah Allah” Mungkin sederhananya seperti itu. Boleh saja mengajarkan kalimat atau kata-kata lain tetapi pertama dan paling utama adalah kalimat tauhid. Supaya buah hati selalu membekas dalam jiwanya.

Kedua, Cinta Kepada Allah dan senantiasa diawasi oleh Allah

sumber foto : haibunda.com

Pertanyaannya adalah bagaimana menanamkan cinta kepada Allah? Hadirkan dialog iman dalam kehidupan keseharian bersama anak sebagaimana Ibnu Abbas sewaktu kecil sering mengobrol dengan Rasul.

Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”

Ketiga, Mengenalkan hukum hukum halal dan haram kepada anak sejak dini

sumber foto : visimuslimnews

Tentu bahasanya pun disesuaikan dengan anak kecil. Apakah terlalu dini? Tentu tidak. Justru jika tidak diajarkan mana yang boleh dan tidak boleh akan membuat sang anak paham lebih awal. Muhammad bin Ziyad Al Qurasyi berkata :  

“Saya mendengar Abu Hurairah berkata : Hasan bin Ali mengambil kurma dari kurma-kurma zakat, lalu ia memasukan ke dalam mulutnya. Rasulullah SAW pun berkata : Hei, Hei, muntahkanlah, muntahkanlah, bukankah kita dilarang untuk memakan zakat?” (HR Musnad Abu Daud 4 : 225)

Keempat, Memerintahkan anak untuk beribadah ketika telah memasuki usia 7 tahun

sumber foto : islampos

Rasulullah bersabda : “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud)

Untuk memerintah kepada anak perlu keteladanan dari orang tuanya. Bagaimana ibadah itu mengasyikkan dalam gambaran sang anak. Shalat itu sesuatu yang ditunggu. Berpakaian baik dan wangi saat hendak ke Masjid. Dan pesona ibadah itu telah ditebarkan kepada sang anak. Sehingga ketika sudah tahu apa yang mengasyikkan itu menjadi hal yang wajib maka tidak sulit untuk memerintahkannya. Karena sesuatu yang diawali dengan cinta maka siapapun akan terperdaya. Termasuk ibadah kepada Allah.

Kelima, Mendidik anak untuk mencintai Rasulullah, para keluarganya dan membaca Al Quran

sumber foto : kaosbapaksholeh

“Didiklah anak-anakmu pada tiga hal : Mencintai Nabi kamu, mencintai keluarganya, dan membaca Al Quran, sebab orang-orang yang ahli quran berada dalam lindungan Allah pada hari dimana tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya, beserta para nabinya dan orang-orang yang suci.” (Ath-Thabrani)

Caranya mencintai Nabi itu ada beberapa :

  1. Mempelajari Siroh Nabawiyah
  2. Menanamkan agar mencintai apa yang dicintai Rasulullah SAW
  3. Menghafalkan hadits
  4. Memperkenalkan peninggalan-peninggalan Rasulullah SAW

Disclaimer : Tulisan ini merupakan tadabbur/inspirasi/resume dari kajian offline Parent’s Map yang diadakan oleh Wonderful Siroh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *