Islam mengajarkan suatu permulaan penting ketika akan melakukan sesuatu. Membiasakan belajar WHY atau KENAPA adalah awal dari segala sesuatu. Awal yang membuat sesuatu itu menjadi kuat. Jika kita membuka pintu lalu hendak keluar rumah, lalu berjalan ke halaman dan tibalah di persimpangan jalan. Apa yang kita lakukan? Belok kiri atau kanan?
Jika sedari awal kita punya alasan kuat untuk pergi ke luar rumah, akan sangat mudah kita menentukan belok ke kiri atau ke kanan. Karena apa? Kita punya WHY kenapa kita keluar. Entah pergi membeli makan, belajar bersama, mengikuti kajian, atau hal-hal lainnya.
Sama halnya ketika akan belajar Takziyatun Nafs. Kita perlu alasan kuat KENAPA KITA PERLU BELAJAR TAZKIYATUN NAFS. Nah untuk bagian WHY ini harus clear terlebih dahulu supaya tidak gampang gugur di tengah jalan.
Berdasarkan Hadits Arbain Nomor 1 maka NIAT ADALAH JAWABAN KENAPA kita harus belajar Tazkiyatun Nafs. Niat yang kuat akan memperkokoh tekad kita belajar. Dan niat yang kuat pula bisa menumbangkan duri-duri pengganggu di tengah jalan. Bahkan distraksi semacam gadget pun bisa terkalahkan karena azam kita sudah terlalu kuat untuk dikalahkan.
سَنُرِيْهِمْ اٰيٰتِنَا فِى الْاٰفَاقِ وَفِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُ الْحَقُّۗ اَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ اَنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” QS. Fushilat ayat 53
Ayat-ayat Allah itu tersebar di penjuru negeri. Bukan hanya sebatas Firman Allah dalam Al Quran. Bahkan pada diri kita itu terdapat ayat-ayat Allah. Tersebarnya ayat-ayat Allah menjadikan kita sadar bahwa semakin jelas Al Quran itu adalah benar. Semakin kita mendalami ilmu dunia maka semakin nyata jelas tanda-tanda Allah. Semakin terang ilmu akhirat.

Apakah kita tidak mempunyai waktu untuk merenungi ayat-ayat Allah? Apakah sulit bagi kita memberikan kelonggaran waktu untuk mengilmui ayat-ayat Allah? Jika memang kita tidak punya waktu mungkin bisa jadi jiwa kita sedang bermasalah.
Ujian yang kita alami sekarang itu tidak seberat Nabi Ibrahim. Yang beriman pada zaman itu hanya istrinya dan sepupunya, yakni Nabi Luth. Nabi Luth pun diuji dengan kaumnya yang menyimpang secara asusila. Apakah kita diberikan ujian seperti beliau? Tentu tidak. Makanya dengan waktu yang kita bisa luangkan, perdalami ilmu akhirat untuk menyucikan jiwa.
Manusia itu terdiri dari dua komponen, ruh dan jasad. Akal itu masuk di bagian ruh. Jika kebanyakan manusia sekarang mempelajari ilmu fisik, terlihat oleh mata, atau dengan kata lain membahas jasad. Maka pembahasan tentang ruh atau jiwa ini super penting apalagi Allah mengisyaratkan bahwa ciri orang-orang beriman itu diantaranya adalah mengimani hal-hal yang ghaib.
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,
Nafs atau jiwa adalah intisari dari manusia itu sendiri. Jika rusak di dalam akan rusak pula di luar. Tetapi jika baik jiwanya maka luarnya juga baik. Jangan percaya apa yang ditampakkan di media sosial. Karena sebenarnya itu sebuah kamuflase yang ditampilkan oleh manusia ibaratnya the best vesion of life.
Bisa jadi terlihat bahagia di luar tetapi belum tentu di dalam. Karena sejatinya letak kebahagiaan yang utamanya ada di jiwa seseorang. Dan inilah yang tidak bisa dilihat tapi hanya dirasakan oleh pribadi dan diberikan oleh Sang Pemilik Jiwa.
Jika memiliki permasalahan hidup baik dengan suami, istri, orang tua, mertua, ipar, saudara, tetangga, teman, guru, dan semua elemen dalam kehidupan ini maka periksa dulu jiwanya. Barangkali jiwanya memang sedang bermasalah. Sehingga belajar mengkaji Tazkiyatun Nafs ini perlu dilakukan supaya kita mendapatkan kebahagiaan yang hakiki.
