Apa sebenarnya makna dari ekspresi? Apakah ayah selalu salah berekspresi? Jawabannya bisa jadi. Kenapa? karena rata-rata ekspresi ayah sering disalahartikan oleh istri. Sehingga istri menganggap ketika ayah itu diam maka seolah-olah istri merasa dicuekkan atau tidak dianggap. Padahal bukan seperti itu kan artinya, Yah?
Tidak mungkin ayah begitu tega tidak memperdulikan istrinya. Tidak mungkin ayah menikahi istrinya untuk dicuekkan. Betul kan, Yah?
Tapi kenapa istri bisa menyalahartikan sikap ayah? Jika ayah merespon sikap istri yang mengatakan “ayah itu gak peduli” dengan respon negatif maka besar kemungkinan terjadilah konflik.
Parahnya adalah ketika respon error ini terus menerus dilakukan maka konflik dengan akar masalah yang sama pun akan terulang lagi. Inilah yang dinamakan circle of conflict.
Tadi saya sudah memulai tulisan ini dengan kalimat. Apa sebenarnya makna dari berekspresi? Ini erat kaitannya dengan emosi. Lho kok bisa? Ingat Yah emosi itu bukan hanya negatif. Emosi itu ada positif dan negatif. Apakah bahagia itu emosi? Ya, itu namanya emosi positif. Lalu kecewa itu emosi negatif dong? Betul, Yah.
Kita perlahan ya belajarnya. Emosi dan Ekspresi itu dipisahkan dengan yang namanya sumbu. Jadi gambarannya seperti ini
Emosi – Sumbu – Ekspresi

Ketika kita memiliki emosi positif berupa cinta/sayang/peduli maka apa yang dilakukan para ayah? Jika ayah mencoba berpikir, diam, dan merenung
“Saya coba datang tepat waktu ke rumah”
“Saya mencoba selalu membantu pekerjaan istri”
“Saya selalu berpikir mencarikan hadiah untuk istri.”
Tapi ketika diamnya ayah itu disalahartikan oleh istri.
“Ayah orangnya cuek!”
“Ayah udah gak cinta lagi.”
“Ayah main hape terus”
Dan banyak lagi asumsi istri yang sebenarnya di luar logika ayah yang selalu bermain logika. Betul kan, Yah?
Kenapa istri tidak berpikir positif? Bisa kan istri juga berprasangka baik kalau suaminya itu sudah berkorban banyak? Iya bisa kalau emosinya, moodnya, perasaannya selalu dalam kondisi stabil. Masalahnya eh masalahnya. Bisa gak kita seorang suami mengontrol suasana hati istri?
Nah disinilah perlu sekali mengekspresikan EMOSI AYAH khususnya yang positif. Supaya apa? Supaya istri mendapat pemaknaan yang kuat atas perasaan ayah. Makanya istri itu senang sekali jika mendapatkan kalimat sayang dari suaminya. Ya meskipun istri merasa sesekali bosan, aneh, awkward, ataupun lebay sekalipun tapi istri tetap suka. Karena wanita itu memang pada dasarnya suka dengan perasaan positif yang diungkapkan kepadanya.
Jika ayah berpikir ya sudah SAYA CINTA, SAYA CUKUP BEKERJA. SAYA SAYANG, SAYA TIDAK MEREPOTKANNYA. Pikiran-pikiran seperti itulah yang kemudian dinamakan sumbu pendek. Antara emosi dan ekspresi itu jaraknya berdekatan sehingga antara emosi dan ekspresi itu sangat berbeda pemaknaannya.
Begitupun ketika kita memiliki emosi negatif MARAH. Kalaulah kita tidak memperpanjang sumbu kita maka kita menjadi orang yang MAIN HAJAR AJA. Karena kita bersumbu pendek, ya sudah sedapatnya aja pikiran yang terlintas.
Marah = ngomong kasar.
Marah = main tangan.
Tugas kita para ayah yang stabil perasaannya yaitu harus memperpanjang sumbu pikir kita yang menjadikan ekspresi yang keluar dari emosi (positif atau negatif) bisa menjadi baik.
Inilah yang saya pelajari ketika bertemu Kang Canun Kamil dalam bahasan Manajemen Emosi Ayah Bunda.
Ketika ayah dan ibunya selesai dengan manajemen emosinya maka langkah selanjutnya adalah bagaimana ketika menghadapi emosi anak?
Ada langkah 4A yang harus dilakukan.
AKUI PERASAANKU

Ketika anak nangis, marah, berantem, atau ribut dan membuat ayah bunda pusing. Maka hal pertama yang harus dilakukan adalah AKUI PERASAAN anak.
“Kenapa Nak sedang sedih ya?”
“Abang lagi marah ya?”
“Kakak kesel ya sama adik?”
AMATI PEMAKNAANKU

Ketika sudah mengakui perasaan anak dan memvalidasinya. Maka kita harus mengamati pemaknaan dari perasaan sang anak.
“Menurut kakak seharusnya gimana?”
“Menurut adik benar gak ngambil mainan itu baik?”
Nah disinilah kita harus benar-benar objektif mengidentifikasi kejadian. Jangan sampai kakak yang harus mengalah saat adik berbuat salah. Ataupun sebaliknya.
AMANKAN STATE-KU

Kalau dalam bahasa anak teknik kimia, kita harus berada dalam steady state. Karena dalam kondisi itu bisa aman karena kondisi operasinya sudah tercapai. Steady atau fase atau keadaan ayah bunda harus aman dan tenang. Bahaya sekali jika anak sedang marah-marah, berantem, main pukul-pukulan, atau kejadian lainnya. Tetapi kondisi diri kita tidak sedang baik. Akhirnya adalah bisa berakibat fatal, bisa-bisa jadi sumbu pendek lagi.
AJAK ANAKKU NGOBROL

Setelah mengakui perasaan, mengamati pemaknaan, dan mengamankan state sudah dilakukan. Barulah anak diajak ngobrol. Bisa ngobrol tentang masalahnya. Bisa ngobrol tentang hal lainnya. Bisa ngobrol tentang nasihat-nasihat ringan. Dan obrolan lainnya yang bersifat membangun, menenangkan, dan menyenangkan hati anak.
Itu mungkin yang bisa saya sharingkan hari ini. Semoga bisa bermanfaat. Semoga ayah bunda dan saya bisa memanaje emosi lebih baik lagi dari hari ke hari.
Barakallahu fiikum