Perjalanan dari Bandung Menuju Dhahran
Perjalanan dari Bandung Menuju Dhahran

Perjalanan dari Bandung Menuju Dhahran

Ini adalah perjalanan internasional pertama saya. Belum pernah terbayangkan bisa terbang jauh dengan rencana lama perjalanan 10 jam (4 jam transit). Entah apa yang akan terjadi nanti.

Tapi saya hanya bermodalkan yakin bahwa Allah bersama saya. Bismillah saya akan berangkat dari Bandung, Indonesia menuju Dhahran, Saudi Arabia.

Beberapa jam sebelum berangkat, tepatnya sehabis Ashar tiba-tiba saya demam dan pusing kepala. Jangankan untuk melanjutkan packing barang-barang, untuk makan saja susah sekali.  

Saya memutuskan untuk berhenti dulu dan pergi ke kamar. Istri saya memberikan minyak kauniyah oil dan membalurkan ke kepala. Saya belum mau makan obat-obatan. Istri juga sudah membelikan kelapa hijau.

Sayangnya belum bisa saya makan. Akhirnya saya hanya bisa tidur sambil memegang kepala. Tapi saya sangat bersyukur bisa sakit.

Saya sangat senang diberi sakit sesaat sebelum berangkat.

“Ya Allah saya ridha dengan sakit ini. Jika sakit ini bisa menghapuskan dosa saya selama di Indonesia. Saya ridha Ya Allah. Ampunilah hambaMu ini Ya Rabb.”

Saya selalu mengucapkan berkali-kali sambil badan sudah berselimut. Alhasil saya bisa tidur.

Sekitar jam 2 pagi, saya sudah mulai mendingan dan bisa makan malam dan kelapa hijau yang sudah dibelikan oleh istri.

Singkat cerita saya mulai beres-beres lagi kemudian bersiap berangkat kira-kira pukul 8 pagi dari Bandung. Tentunya kami berangkat dari Bandara Cengkareng. Karena satu minggu sebelumnya saya berangkat ke Batam. Setidaknya saya gak linglung pas di Bandara. Karena terakhir kali naik pesawat itu 7 tahun yang lalu.

Setelah berpamitan dengan keluarga, orang tua, anak istri, saudara, dan semuanya yang mengantar ke Soetta. Saya minta doa untuk kelancaran dan kemudahan untuk berjuang di bumi Allah yang baru bagi saya.

ANTRI CHECK IN dan BAGASI

Antri check in dan timbang bagasi (dok. Ferry Aldina)

Sekitar 2 jam sebelum keberangkatan, saya antri untuk check in dan timbang bagasi. Koper besar sekitar 20 kg (maksimal 30 kg). Kemudian tas jinjing dan tas gendong sekitar 11 kg (maksiimal 7 kg). Alhamdulilah petugas bisa memberi keringanan.

“Kalau ditanya nanti kenapa lebih dari 7 kg, bilang karena ada laptop ya?”

“Baik, Pak.” Jawab saya singkat sambil menerima passport yang sudah diperiksa.

Saya berjalan perlahan menuju ruang tunggu. Peluk cium kepada anak istri sebagai tanda perpisahan sementara. Masyaallah rasanya berat banget. Tapi ini sudah jadi jalan Allah yang perlu kita jalani.

Terdengar tangisan di balik tembok sesaat saya memasuki imigrasi. Tangisan yang sangat familiar setiap hari saya dengar. Kini suara merdu itu bakal saya rindukan.

Pas nulis ini pun rindu banget rasanya

Masuk imigrasi, saya dicek passport kembali.

“Mau kemana, Mas?”

“Kuliah, Mas.”

“Boleh minta LoAnya?”

“Ini, Mas.”

Saya berikan semua berkas persyaratan final registration. Mulai dari passport sampai transkrip pun saya kasih. Meskipun cukup LoA saja tapi saya udah masukin dalam map dan tidak mau diubah.

Saya menunggu sebentar di Gate 5 lalu bertemu dengan teman baru dan tidak tahu akan bertemu lagi. Mereka rombongan dari Bondowoso yang akan kuliah di Yaman.

Kini saya sendiri. Ya saya sendiri. Hanya Allah dan Malaikatnya yang menemani. Bismillah Ya Allah saya berangkat menuju Arab Saudi untuk mengharap ridha-Mu.

Pesawat Etihad Airways Menuju Abu Dhabi

7 jam di pesawat rasanya gimana? Kadang bosan tidur terus. Sesekali menyetel murottal. Di pesawat Etihad Airways yang saya naiki itu disediakan makan malam, snack, dan cemilan gitu. Saya baru tahu padahal udah bawa lontong dari rumah. Hehe

Tapi ternyata rasa makanannya baru di mulut. Alhamdulillah bersyukur bisa mencicipi rejeki dari Allah ini.

Setelah itu saya terbang dan bersyukur lagi di sampiing saya itu dua orang ibu-ibu dari Bandung dan Indramayu yang akan bekerja di Arab Saudi. Mereka sudah pengalaman dan sudah lancar bahasa Arabnya.

Sebelum berangkat ibu itu video call dulu sama anaknya. Terlihat matanya berkaca-kaca. Linangan air mata membasahi pipinya. Sedih rasanya meninggalkan anak kesayangannya.

Sesampainya saya di Bandara Abu Dhabi, kemudian kembali diperiksa passport dan barang bawaan. Saya pun diarahkan ke tempat tunggu.

Sampai di Bandara Abu Dhabi. (dok. Ferry Aldina)

Saya bisa istirahat sebentar sambil menunggu boarding. Saya mencari colokan charger ternyata disini sedikit sekali tidak sebanyak di Soetta. Keren pokoknya Soetta. Bandara paling enak menurut saya mah.

FYI juga ya buat teman-teman yang mau berangkat ke luar negeri. Baiknya bawa colokan universal adapter ya. Karena disini jarang banget nemuin colokan yang dua kayak di Indonesia. Rata-rata 3 lho. Bisa disearching ya.

Selanjutnya saya melanjutkan perjalanan menggunakan pesawat yang tidak besar seperti pertama kali berangkat. Alhamdulillah di pesawat ini diberi snack seperti roti gitu. Tapi ya rasanya asing juga di mulut.

1 jam lebih 5 menit saya sampai di Bandara King Fahd, Dammam, Arab Saudi. Masyaallah akhirnya saya bisa sampai juga ke Arab Saudi. Terima kasih Ya Allah.

Sampai di Bandara King Fahd International Airport. (dok. Ferry Aldina)

Tepat satu jam sebelum subuh saya sampai disana. Saya pun harus cari chargeran. Alhamdulillah ketemu tapi sayangnya kalau di Arab Saudi, tidak bisa memakai wifi seenaknya kalau tidak punya kartu Saudi. Nah, berarti kita bisa beli kartunya di Bandara. Tapi tidak mudah juga untuk mengaktifkan wifinya. Jadi saya memutuskan membeli kartu dan paket datanya sekaligus untuk bisa mengabari keluarga.

Mushola ada di lantai bawah dekat jasa rental mobil. Di sanalah tangis tumpah tak terbendung setelah shalat subuh. Rasa rindu yang memuncak. Perasaan yang bercampur aduk dan hanya bisa berdoa untuk meminta ampunan dan kemudahan menjalani perjuangan di tempat perantauan yang sungguh jauh sekali.

Bismillah Innallaha Ma’ana

Naik Taxi Online Careem Menuju Kampus. (dok. Ferry Aldina)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *