Cuaca di Bandung boleh saja dingin tapi jangan sampai suasana di rumah menjadi dingin. Dingin tanpa ada canda tawa anak. Dingin tanpa ada kasih sayang suami istri.
Bekasi boleh saja panas tapi jangan sampai suasana di rumah menjadi panas. Panas dipicu emosi tinggi. Panas disertai petir yang menyambar dari sudut-sudut rumah.
Bekasi dan Bandung adalah kota yang menyimpan sejarah bagi kami berdua. Perjalanan pernikahan yang tidak semulus yang dibayangkan dilewati kami berdua. Boleh jadi Ayah Bunda pembaca juga. Kedua kota itu menjadi saksi menjalani pernikahan kami yang penuh canda tawa, kasih sayang, kecewa, sedih, emosi, dan perasaan campur aduk bak Es Cendol Elizabeth.
Jika memilih, ingin rasanya suasana di rumah itu sejuk selalu. Biarkan emosi saja pergi, yang tersisa hanya kebahagiaan. Sayangnya sejuk itu hanya ada di surga. Mendapatkannya harus melalui cuaca ekstrim di dalam keluarga. Mendapatkannya harus penuh darah dan luka. Bahwasanya cinta karena Allah itu butuh perjuangan. Bukan hanya angan-angan.

Saya sempat maju mundur mengikuti Jannah Family Camp Bandung ini. Kalau istri mah jangan ditanya, kalau sudah mau dan yakin bisa ikutan, gaspol aja. Entah itu rejeki Allah lewat mana. Yang penting yakin dulu insyaallah Allah mudahkan. Harus saya akui mentalnya lebih kuat daripada saya. Saya harus banyak belajar dari dia.
Maklum dia anak gunung yang merangkap jadi aktivis di kampus. Saya juga sebenarnya sama-sama aktivitis kampus. Tapi jumlah organisasinya kalah jauh dibandingkan dia. Ada 7 atau 8 organisasi yang pernah dia ikuti. Jelas pengalaman dan mentalnya tertata dengan baik.
Satu hari lagi acara dimulai, bismillah dengan keajaiban Allah, singkat cerita akhirnya kita bisa ikuti. By the way, ini adalah acara Jannah Family Camp kedua yang kami ikuti. Sebelumnya kami mengikutinya di Yogya. Pergi kesana tanpa ada beban biaya tapi ada beban jiwa. 🙁
Selayaknya suami istri jika sedang mengalami konflik maka perlu pencairan yang cukup lama. Sehingga perjalanan mengikuti Jannah Family Camp di Yogya lebih tepatnya healing journey kami dari segala permasalahan yang ada di dalam rumah tangga.

Perbedaannya dengan Jannah Family Camp di Bandung adalah kami mengikutinya penuh dengan kebahagiaan dan kesenangan. Istri saya sempat berucap, mungkinkah ini yang dinamakan sakinah? Ketenangan? Semoga Allah senantiasa memberikan ketenangan di setiap langkah kita menuju surga.
Kami mengikutinya tanpa ada beban jiwa, tapi mungkin ada beban biaya. Hehe. Yang ternyata disinilah saya coba menyimpullkan kalau beban biaya itu lebih ringan dibanding beban jiwa. Pasti sepakat ya, Ayah Bunda? Biaya bisa diusahakan, tapi jiwa itu perlu dipulihkan terlebih dahulu.
Ilmu yang kami pelajari di Jannah Family Camp di Yogya, kami coba praktikkan. Terlebih adalah materi bagaimana memperjuangkan cinta oleh Coach Indra Noveldy. Mungkin bukan kita yang tidak bahagia, tapi kita yang belum bisa membahagiakan orang lain.
Selain itu pemateri lain seperti Ustadz Muhammad Fauzil Adhim, Ustadz Wijayanto, Kak Sinyo, Abah Lilik, Bunda Wening, Ustadz Fatih Karim, dan semua pematerinya sangat luar biasa yang membuat saya merasa satu poin penting. Wah ini saya banyak PR banget nih.

Di Jannah Family Camp Bandung, saya merasa menjadi orang paling spesial. Mungkin kepedean ya. Hehe Bukan karena saya menang kuis terus. Tapi saya merasa menjadi orang spesial karena Allah memberikan ketenangan selama mengikuti serangkaian Jannah Family Camp Chapter Bandung ini yang super padat.
Tidak ada rasa sesak saat menyimak. Tidak ada beban jiwa saat berjumpa dengan seluruh pejuang keluarga. Yang ada hanya rasa syukur kepada Allah menjadi suami dan ayah yang bahagia. Kekuatan hati dan silaturahmi bersatu padu dalam acara Jannah Family Camp Bandung.
Sebagai orang yang sedang domisili di Bandung, kami menyiapkan segala perlengkapan itu hari H. Mungkin tidak cocok untuk dicontoh ya. Hehe Biasanya istri yang ingin menyiapkan barang-barang. Saya tidak boleh ikut campur karena ya begitulah kalau saya mungkin terlalu estetik dan cenderung abstrak saat mengemas pakaian di koper. Hehe

Singkat cerita, acara pun dimulai dan Syukur Alhamdulillah berjalan dengan penuh khidmat. Bertemu dengan para ayah pembelajar. Bertemu dengan para asatidz. Bertemu dengan panitia hebat. Bertemu dengan teman-teman baru. Bertemu dengan kisah-kisah baru. Bertemu dengan ilmu baru. Bertemu dengan harapan baru bahwasanya surga dengan menunggu kita.
Saya gak boleh nangis. Itu mungkin yang saya azamkan pas sesi malam bersama Coach Indra. Eh si hati ini memang gak bohong. Kalau mau nangis, ya langsung aja gak pakai permisi. Meledak lagi di sesi akhir bersama Kayla Hafizahullah dan Ustadz Fatih Karim. Allahu Akbar. Terima kasih Ya Allah.
Semoga Allah kumpulkan kami bersama pejuang keluarga di dunia ini. Terus menjalin silaturahmi dan menjaga persaudaraan sehingga kita bisa kembali bercengkerama di surga.
Terima kasih
Salam Ayah Pembelajar,
Ferry Aldina
Bandung, 4 Juli 2022
PS : Cerita sengaja dibuat singkat dan menggantung supaya banyak keluarga mengikuti Jannah Family Camp Chapter Bogor di akhir tahun ini.
